expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 05 Desember 2016

KARYA NYATA BUPATI PURWAKARTA H.DEDI MULYADI,SH. MEMBUAT DESA CIKAO TIDAK BANJIR LAGI

BANJIR sudah menjadi hal biasa bagi warga Desa Cikao Bandung, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta. Air luapan dari Sungai Citarum setiap tahun mengaliri rumah-rumah warga di desa yang terletak di Daerah Aliran Sungai Citarum tersebut. Tinggi air yang tidak pernah kurang dari 100 cm itu otomatis mengganggu aktifitas warga yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan peternak ikan keramba jaring apung. Pagi itu, Odik, kakek berusia 64 tahun yang lahir dan tinggal di desa yang namanya diambil gabungan kata ‘Cina’ dan ‘Makao’ itu. Kemudian para pelayar yang mengarungi Sungai Citarum selalu mengira mereka sudah sampai di Bandung saat berhasil mencapai daerah ini. Gabungan dari ketiga kata ini menjadikan wilayah bantaran Sungai Citarum ini bernama Cikao Bandung. Sang kakek sibuk membersihkan lumpur dengan pengki dan sapu lidi sederhana miliknya. Kedua tangannya yang sudah renta itu seolah tak kenal lelah mengerjakan pekerjaan tahunan miliknya itu. Ia menganggap banjir tahunan yang airnya selalu singgah dirumahnya sebagai teman yang datang setahun sekali untuk berkunjung. “Banjir ini kami anggap sebagai teman, bukan sebagai bencana yang menyusahkan,” ujar kakek perajin perahu tersebut saat ditemui hari ini Senin 5 Desember 2016. Tanggul dan Normalisasi Sebagai Solusi Banjir Sejak Tahun 2002, Pemerintah Kabupaten Purwakarta mengikhtiarkan upaya yang tidak kecil untuk menanggulangi persoalan banjir ini. Solusi baru berhasil diperoleh pemerintah setempat untuk membuat tanggul penahan banjir melalui APBN pada Tahun 2011 sampai 2013, dana APBN sebesar Rp 150 Miliar digunakan untuk pembangunan tanggul dan normalisasi bantaran Sungai Citarum di wilayah tersebut. “Dulu kami bersama Kang Dedi Mulyadi saat masih menjadi anggota DPRD bolak-balik Jakarta-Purwakarta, DPR RI, ke Kementerian Pekerjaan Umum. Lalu sempat juga bolak balik ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum. Tanggulnya pada Tahun 2011 mulai dibangun,” kata mantan Kepala Desa Cikao Bandung, Saeful Rahmat saat ditemui di lokasi. Berkat tanggul yang sudah selesai dibangun, dan kawasan bantaran Sungai Citarum yang berhasil dinormalisasi, Desa yang dikenal sebagai ‘Kampung Perahu’ itu pun kini bebas banjir. Kakek Odik yang sejak kecil rutin membersihkan lumpur bekas banjir itu pun kini tidak perlu mengungsi dan bisa tenang menjalani pekerjaannya sebagai pembuat perahu tanpa harus khawatir terkena banjir tahunan.*** PURWAKARTA, TRIBUNJABAR.CO.ID - Warga di Desa Cikao Bandung, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta kini bisa bernafas lega. Puluhan tahun kampung itu selalu dibanjiri luapan Sungai Cikao yang bermuara di Sungai Citarum. "Sekarang di sini sudah tidak banjir lagi, dulu mah banjir sampai menutup jalan raya dan ratusan rumah," ujar Odik (62) warga Desa Cikao Bandung saat ditemui di kediamannya, Senin (5/12/2016). Ia lahir dan tinggal di desa itu. Ia juga berprofesi sebagai perajin perahu khusus pengangkut pasir sungai. Ia menjelaskan, sungai di desa itu banyak pasir karena terdapat dua pertemuan arus sungai, Cinangka dan Cikao. "Sejak lahir saya selalu mengalami banjir. Tapi sejak lima tahun terakhir disini sudah jarang banjir besar," ujarnya. Sungai Cikao merupakan satu-satunya anak Sungai Citarum di Purwakarta. Sejak 2011, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta secara spartan meminta anggaran ke pemerintah pusat untuk menanggulangi banjir. Hingga akhirnya, pada kurun waktu 2011-2013, APBN dikucurkan senilai total Rp 150 miliar untuk penanggulangan banjir dengan membangun tanggul. "Dulu itu kami bolak-balik Jakarta-Purwakarta, ke DPR RI, ke Kementerian Pekerjaan Umum agar banjir ini ditanggulangi. Lalu bolak-balik juga ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum. Alhamdulillah berhasil dan tanggul dibangun," ujar mantan kepala desa setempat, Saeful Rahmat pada kesempatan yang sama. Sejak tanggul selesai dibangun hingga kini, kawasan itu sudah tidak lagi terkena banjir saat sungai itu meluap. "Paling banjir-banjir kecil dari luapan Sungai Citarum di Kampung Talibaju yang posisinya di pinggiran Sungai Citarum," katanya. (men) #inspirasikangdedi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar