Loyalitas dari seorang sahabat untuk membuat,menampung opini, menyebarkan berita, video, slogan maupun propaganda semata mata untuk : MENGANTARKAN H.DEDI MULYADI,SH.(DANGIANG KI SUNDA) BERKANTOR DI GEDUNG SATE
Senin, 05 Desember 2016
PENGGAGAS PENDIDIKAN BERKARAKTER H.DEDI MULYADI : SEKOLAH JANGAN HANYA MEMANDANG KELAS DAN BUKU
Merdeka.com - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menjadi salah satu kepala daerah yang setuju bila ujian nasional dihapuskan. Ia juga menjadi kepala daerah yang gencar mengeluarkan inovasi dalam sistem pendidikan di wilayahnya.
Terakhir, Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat ini mengeluarkan kebijakan dengan mewajibkan anak sekolah di wilayahnya untuk membantu pekerjaan orang tua mereka setiap hari Selasa dan dilakukan dua kali dalam sebulan.
Lalu bagaimana pandangan pria yang akrab disapa Kang Dedi ini mengenai anak muda dan sistem pendidikan di Tanah Air? Berikut wawancara merdeka.com dengan Kang Dedi
Bagaimana Anda melihat pola remaja Indonesia saat ini?
Saya melihat anak-anak muda sekarang luar biasa ketika mereka sudah bisa menjadi generasi milenial tetapi nilai kebangsaanya sangat kuat. Nilai kebangsaan tidak hanya dengan ikat merah putih tetapi produktivitas publik harus kuat. Seperti anak yang membuat kue yang begitu kerja keras. Kita menghadapi sebuah persaingan yang sangat berat. Tetapi, jangan kalah dengan mereka yang datang ke sini.
Lalu, bagaimana menghadapi persaingan itu?
Salah satu caranya ialah dengan merombak sistem pendidikan. Pendidikan jangan buat depresi, terlalu akademik pendidikan kita ini. tidak aplikatif sehingga sekolah harus dirubah menjadi aplikatif dan kemudian anak-anak muda kita dihormati.
Bisa Anda jelaskan?
Selama ini kan yang dihormati yang angkanya tinggi aja, yang matematika-nya dapat (nilai) sembilan. Yang tukang dandan tidak dihormati, padahal dia bisa jadi duta fashion. Lalu, yang tukang sepakbola tidak begitu dihargai.
Sekolah ada yang generasi tukang baca, senang penelitian, enggak apa-apa, bagus mereka perlu jadi dokter, peneliti, enggak apa-apa kita hormati. Tetapi anak-anak yang senang olahraga, musik, sinematografi, IT, biar mereka suruh berkembang ditekuni dari bidangnya. Ini negeri hebat loh. Sekarang orang punya kreasi tidak punya duit, negara bisa membantu hak patennya.
Lalu bagaimana pandangan pria yang akrab disapa Kang Dedi ini mengenai anak muda dan sistem pendidikan di Tanah Air? Berikut wawancara merdeka.com dengan Kang Dedi
Bagaimana Anda melihat pola remaja Indonesia saat ini?
Saya melihat anak-anak muda sekarang luar biasa ketika mereka sudah bisa menjadi generasi milenial tetapi nilai kebangsaanya sangat kuat. Nilai kebangsaan tidak hanya dengan ikat merah putih tetapi produktivitas publik harus kuat. Seperti anak yang membuat kue yang begitu kerja keras. Kita menghadapi sebuah persaingan yang sangat berat. Tetapi, jangan kalah dengan mereka yang datang ke sini.
Lalu, bagaimana menghadapi persaingan itu?
Salah satu caranya ialah dengan merombak sistem pendidikan. Pendidikan jangan buat depresi, terlalu akademik pendidikan kita ini. tidak aplikatif sehingga sekolah harus dirubah menjadi aplikatif dan kemudian anak-anak muda kita dihormati.
Bisa Anda jelaskan?
Selama ini kan yang dihormati yang angkanya tinggi aja, yang matematika-nya dapat (nilai) sembilan. Yang tukang dandan tidak dihormati, padahal dia bisa jadi duta fashion. Lalu, yang tukang sepakbola tidak begitu dihargai.
Sekolah ada yang generasi tukang baca, senang penelitian, enggak apa-apa, bagus mereka perlu jadi dokter, peneliti, enggak apa-apa kita hormati. Tetapi anak-anak yang senang olahraga, musik, sinematografi, IT, biar mereka suruh berkembang ditekuni dari bidangnya. Ini negeri hebat loh. Sekarang orang punya kreasi tidak punya duit, negara bisa membantu hak patennya.
#inspirasikangdedi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar