expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 13 Desember 2016

TINJAU WISATA GUNUNG PARANG BUPATI DEDI MULYADI SEMPROT DUA KADES

"Loyalitas semu"
Purwakarta - Tahun depan Pemkab Purwakarta akan memfokuskan pada pembangunan di sektor pariwisata. Salah satu sektor unggulan adalah wisata panjat tebing tertinggi se-Asia di Gunung Parang yang masuk ke wilayah Kecamatan Tegalwaru. Pada Selasa (13/12/2016) sore, Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, melakukan kunjungan ke tempat tersebut. Namun belum juga sampai di lokasi, Dedi berulang kali dibuat kesal dengan adanya pekerjaan yang dianggapnya bertentangan. Kali pertama di Desa Cilalawi yang merupakan akses utama menuju lokasi, Dedi dibuat kesal dengan jalan yang dulu bagus kini dalam kondisi rusak parah akibat adanya kegiatan penambangan batu. Kekesalan Dedi tak sempat meledak lantaran tambang tersebut pada awalnya sudah direkomendasikan untuk ditutup namun kewenangan urusan pertambangan ada di tangan Pemprov Jabar. Dedi pun cukup berat untuk kembali memperbaiki jalan tersebut karena dengan sangat cepat akan kembali rusak. Hal tersebut lantaran jalan digunakan sebagai jalur utama truk besar yang mengangkut hasil tambang batu. Di tengah perjalanan tepatnya di Desa Tajursindang, Dedi pun kembali dibuat kesal dengan adanya galian yang dilakukan oleh kendaraan berat. Dedi yang kala itu melihat dari kaca langsung turun mobil dan spontan menginstruksikan alat berat tersebut untuk berhenti beraktifitas. "Eurenkeun ayeuna oge. Iyeu kumaha sih, teu sieun eta imah di luhur geus posisi kitu. Hayang longsor? Eurenkeun heula. (Berhenti sekarang juga. Ini bagaimana sih, tidak lihat itu rumah di atas posisinya sudah begitu. Pingin longsor? Hentikan dulu)," tegas Dedi sambil menunjuk sebuah rumah yang hanya sekitar dua meter dari lokasi galian. Tak berselang lama dia pun langsung menelepon Kades Tajursindang, H Aming, untuk meminta penjelasan. Dalam penjelasannya, H Aming mengatakan, jika lokasi tersebut akan menjadi lapangan voli warga. Namun alat berat tidak bisa bekerja jika tidak menggali di bagian depan terlebih dahulu. Nantinya setelah selesai kondisi tanah akan kembali sejajar dengan rumah yang dikhawatirkan longsor. Mendengar hal tersebut amarah Dedi pun mereda. Meski demikian dia meminta jaminan keamanan bagi pemilik rumah yang dimaksud. Sehingga dalam proses pembuatan sarana umum berupa lapangan voli tidak akan ada kesalahpahaman dan berjalan lancar. Dan perjalanan pun kembali dilanjutkan. Sekitae 100 meter dekat lokasi pendakian tepatnya di Desa Pasanggrahan, Dedi lagi-lagi dibuat kesal dengan aktifitas warga yang tengah melakukan kegiatan penambangan batu. Pasalnya di daerah tersebut tidak ada izin penambangan dan jalan beton yang terhampar kokoh sejak 2014 lalu mengalami retak-retak dan beberapa di antaranya amblas layaknya di Desa Cilalawi. Di tempat itu tanpa basa-basi Dedi pun meminta kegiatan dihentikan. Bahkan untuk memastikan tidak ada lagi kegiatan Dedi pun mencabut tiang penyangga tenda yang digunakan sebagai tempat berteduh para pekerja. Dan lagi-lagi Dedi pun langsung meminta penjelasan dari kepala desa setempat melalui sambungan telepon. Namun kali ini sang kepala desa, Yadi Supriadi, langsung menyusul Dedi ke lokasi. Sesampainya di lokasi Yadi pun memberi penjelasan jika tanah tersebut adalah milik warga yang rencananya akan dibuat toko material. Lantaran tanah tersebut penuh batu cadas besar maka harus dibersihkan sehingga terlihat seperti kegiatan penambangan. "Tapi cik atuh mikir ayeuna Pak Kades. Saha nu dek meuli bahan bangunan di dieu? Pan iyeu teh cita-cita Pak Kades jeung saya yen tempat iyeu teh tibaheula dek jadi wisata. Maenya aya tukang material. Saenyanya aya nu meuli material oge saya moal ngizinan eta bangunan soalna kan angkut semen jeung sajabana make truk, engke jalan nu alus malah jadi rusak. (Tapi coba berpikir sekarang Pak Kades. Siapa yang mau beli bahan bangunan di sini? Kan ini cita-cita Pak Kades dan saya kalau tempat ini dari dulu mau jadi wisata. Masa ada tukang material. Seiyanya nanti ada yang beli material juga saya tidak mengizinkan bangunan soalnya kan angkut semen dan lainnya pakai truk, nanti jalan yang bagus malah rusak)," beber Dedi. Usai berbincang dengan kades tersebut, Dedi pun berjalan menuju lokasi pemanjatan Gunung Parang. Berbeda dengan sebelumnya kali ini Bupati Dedi dan Kades Yedi berdiskusi mengenai pengelolaan pariwisata yang sudah bertahun-tahun dilirik oleh wisatawan dunia. Akhirnya diputuskan pada tahun depan Pemkab Purwakarta menganggarkan Rp 2 miliar sampai Rp 4 miliar melalui dana bantuan desa untuk pembangunan wisata Gunung Parang. "Tapi aya syaratna. Teu meunang nuar tatangkalan jeung teu meunang ngarusak alam. Nu meunang mah eksploitasi keindahan, mun eksploitasi alam nepi iraha oge teu meunang. (Tapi ada syaratnya. Tidak boleh tebang pepohonan dan tidak boleh merusak alam. Yang boleh itu eksploitasi keindahan, kalau eksploitasi alam sampai kapan pun tidak boleh)," tegas pria yang akrab disapa Kang Dedi itu. Mengakhiri kunjungannya, Dedi yang ditemani anak bungsunya, Yudistira Manunggaling Hurip (13), mencoba memanjat tebing batu Gunung Parang yang diklaim sebagai tertinggi di Asia. Keduanya dengan ditemani staf dan warga melakukan pemanjatan hingga ketinggian 250 meter dari total keseluruhan tinggi mencapai 1.000 meter. (dhn/dhn) #inspirasikangdedi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar